Selasa, 22 Oktober 2013

KONSEP PERFORMA KREATIVITAS KELOMPOK 4

 Devy Rosyana Putri (12-037)
Natassa Febrini (12-080) 
Try May Syarah (12-083)
Mawaddah Rahmah (12-095) 



Kami dari kelompok 4 pada performa kreativitas akan mempresentasikan video berupa proses pembuatan kue. Kelompok kami membuat nama 'khusus' untuk kue ini,yaitu "creativity chocolate cake".Nah kenapa kami menyebut konsep ini sebagai performa kreatif? karena menurut kelompok kami , membuat kue bukanlah proses yang mudah seperti yang kita bayangkan , diperlukan keterampilan dan ketekunan untuk menghasilkan kue yang 'sesuai', ditambah lagi pada saat proses menghias kue , dibutuhkan ide-ide kreatif untuk  menghasilkan penampilan kue yang terlihat menarik
Disini terlebih dahulu kami akan menjelaskan bagaimana proses 'kreatif' ini berlangsung . Pertama sekali kami akan membeli bahan yang akan dibutuhkan untuk proses pembuatan kue (dan akan kami dokumentasikan!) , lalu kami akan pergi ke salah satu rumah dari anggota kelompok kami, kemudian disanalah kami akan bekerja keras untuk menghasilkan "creativity chocolate cake" tersebut, yang mana prosesnya meliputi memanggang dan menghias kue.


Sekian pemaparan singkat mengenai konsep performa kreativitas kami . SEE YOU &  WAIT FOR OUR NEXT VIDEO , GUYS :) 


Ditinjau dari teori 4p:

1.       Person :
Berdasarkan aspek ini, kreativitas merupakan ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif inilah yang mencerminkan originalitas dari masing-masing individu.
Menurut Hulbeck (1945) tindakan kreatif muncul  dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri – ciri dorongan untuk berpartisipasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam mengahadapi rintangan , serta pengambilan risiko yang moderat .
Berdasarkan definisi pribadi adalah berasal dari diri kami sendiri, yang mana kami berusaha keras untuk membuat tugas karya kreatif yang diberikan oleh Dosen Pengampu , dengan menggunakan seluruh kemampuan berpikir kreatif sehingga menghasilkan karya yang kreatif dan terbaik. 
2.       Process :
Aspek ini menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan kreativitas jika diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif dan diberikan waktu untuk bersibuk diri secara kreatif.
Definisi mengenai proses yang terkenal adalah definisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Menurut saya, definisi proses itu sendiri mengacu pada bagaimana kita berproses dalam  mempersiapkan diri dalam pemecahan masalah dengan belajar berpikir. Dalam pengembangan kreativitas  seseorang perlu diberikan kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif  serta diberikan kebebasan dalam mengekspresikan diri sendiri.
Dari definisi proses adalah dimulai dari proses kami dalam berpikir untuk menciptakan suatu karya yang kreatif dan inovatif, dilanjutkan dengan proses pembuatan karya yang kreatif dengan menggunakan seluruh kemampuan yang kami miliki dan pada akhirnya akan menghasilkan suatu karya yang kreatif
3.       Press :
Jika dikaitkan dengan aspek ini -di mana pada aspek ini menyatakan bahwa seseorang akan menghasilkan suatu produk kreativitas karena adanya dorongan yang berasal dari diri (motivasi intrinsik) dan dorongan yang berasal dari luar, seperti lingkungan, keluarga, sekolah, dll
Bakat kreatif seseorang akan terwujud dalam lingkungan yang mendukung , tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang . Jadi menurut pendapat saya pribadi, definisi press ini sendiri mengacu pada dorongan yang ada dalam diri individu (motivasi intrinsik), maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik), yang mana dorongan tersebut sangat membantu dalam perkembangan kreativitas.
Pendorong yang paling utama adalah dari diri kami sendiri (internal) yang mempunyai usaha dan kerja keras dalam menghasilkan suatu karya kreatif. Sedangkan pendorong lainnya berasal dari luar seperti halnya keluarga kami, yang mendukung untuk menghasilkan produk yang kreatif,selain itu juga adanya pendorong dari luar berupa nilai yang diberikan Dosen Pengampu,sehingga dengan adanya pendorong tersebut kami terus berusaha keras untuk menghasilkan karya yang terbaik .
4.       Produk :
Dan aspek yang terakhir ini adalah aspek yang menyatakan bahwa kondisi anak yang memungkinkan untuk menghasilkan produk yang kreatif adalah kondisi dimana adanya dukungan yang berasal dari luar dan juga diperlukan adanya motivasi yang berasal dari individu tersebut.
Menurut Haefele (1962), kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang mempunyai makna sosial . sedangkan menurut definisi Barron kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Rogers (dalam Vernon 1982), kriteria dari produk kreatif adalah; produk itu harus nyata,baru dan merupakan hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingungannya. Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi  lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong(press)  seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kegiatan kreatif.
Produk yang kami hasilkan adalah karya kreatif berupa video mengenai proses pembuatan “chocolate cake”

Senin, 21 Oktober 2013

Analisis Diri berdasarkan Peranan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat



Keluaga
                Dari buku yang saya baca, yaitu buku “Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat” yang ditulis oleh Prof. Dr. Utami Munandar, disebutkan ada beberapa penelitian mengenai sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak, yaitu :

  •   Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya

  •    Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal
  •    Membiarkan anak untuk mengambil keputusan sendiri
  •     Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal
  •     Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan

  •    Menunjang dan mendorong kegiatan anak
  •   Menikmati keberadaannya bersama anak

  •   Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak

  •   Mendorong kemandirian anak dalam bekerja, dan

  •   Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak


Nah, orang tua saya mempunya sifat-sifat ini, yang mana itu dimaksudkan mereka untuk megembangkan kreativitas saya. Mama saya sering mengajak saya untuk membantunya memasak kue. Saya diperbolehkan untuk membentuk dan menghias kue sesuka hati saya. Walaupun hasilnya tidak begitu bagus, mama saya tetap menyajikan kue yang saya hias itu untuk dimakan, dan mama saya tidak pernah bilang bahwa hasil kue yang saya buat itu jelek. Mama saya biasanya mengatakan, “udah bagus kok” dan memberikan pujian-pujian lainnya tetapi tetap memberikan pengarahan ataupun pengetahuan lain agar di pembuatan kue berikutnya menjadi lebih baik lagi. Saya pun menjadi senang untuk membantu mama saya membuat makanan dan bukan hanya kue. Mama saya melatih saya terus-menerus agar saya terbiasa dan agar saya dapat membuat makanan yang saya buat sendiri nantinya.

Dalam proses membuat masakan tersebut, saya suka bertanya dan ingin tahu, dulu saya tidak dapat membedakan sayur-sayuran. Saya pernah disuruh untuk membeli sayur kangkung dan akhirnya yang saya beli adalah daun ubi. Hahaha semenjak itu mama saya terus-terusan juga menyuruh saya ke pasar, agar terbiasa. Hasilnya, sekarang saya sudah dapat membedakan sayur-sayuran dengan benar.

Dari beberapa penelitian juga mengatakan bahwa kinerja anak dapat bertambah apabila orang tua dapat menyediakan fasilitas tertentu, seperti buku bacaan. Nah, pada bagian ini, papa saya lah yang sangat berperan. Papa saya sering membelikan saya buku bacaan. Papa saya pernah memberikan 1 set ensiklopedia untuk anak-anak ketika saya berulang tahun yang ke-10. Dan dari ensikolopedia itu saya menjadi mendapat banyak sekali pengetahuan yang belum saya ketahui sebelumnya. 

Bukan berarti mama saya tidak berperan dalam hal ini. Mama saya sering juga memberikan buku-buku bacaan. Tetapi lebih ke buku-buku mengenai cara menjahit, mengolah suatu barang menjadi bentuk yang unik dan tentunya buku mengenai resep masakan. Dari buku-buku tersebut juga saya dapat menjahit, walupun hanya baru mencoba satu tehnik, tetapi itu membantu saya ketika saya ingin menjahit baju saya yang terlepas jahitannya.

Orang tua sangat memberikan perhatian terhadap kemajuan kinerja dan kreativitas saya. Yang mana, menurut saya perhatian yang diberikan orang tua sangat berperan penting terhadap kemajuan saya. Mereka selalu sabar menghadapi saya, memberikan kebebasan tetapi tetap didalam pengawasan mereka dan selalu mendengarkan pendapat saya serta mau berdiskusi dengan saya mengenai apakah keputusan yang saya ambil benar atau salah. Mereka tidak pernah memaksa saya untuk melakukan sesuatu. Contohnya seperti ketika saya akan masuk ke perguruan tinggi. Awalnya orang tua saya menyuruh saya untuk mengambil jurusan Akuntansi. Tetapi saya mendapat informasi bahwa akuntansi itu berat, banyak hitung-hitungannya. Jadi saya mengatakan bahwa saya tidak mau masuk jurusan akuntansi karena alasan-alasan tertentu dan ingin mengambilan jurusan Psikologi. Karena saya sudah memberi penjelasan tersebut, mama dan papa saya pun mengerti dan akhirnya memperbolehkan saya untuk mengmbil jurusan Psikologi (yang ternyata sangat berat juga L) tetapi saya tidak menyesal masuk Psikologi, apalagi dengan adanya dukungan dari orangtua saya dan selalu memberikan perhatian  kepada saya.


Sekolah

                Sekolah juga berperan penting terhadap kemajuan kinerja dan kreativitas anak disekolah. Menurut saya guru yang baik itu ialah guru yang mau menerima pendapat dari siswa-siswanya, ramah tetapi tegas jika memang diperlukan dan tidak terlalu serius dalam menerangkan tetapi dapat dimengerti oleh siswa-siswanya.

                Dulu waktu saya masih kelas 5 SD, wali kelas saya memiliki ciri-ciri guru yang saya sebutkan diatas. Namanya adalah Pak Salman. Banyak siswa yang menyukainya. Dia memiliki rasa humor dana dapat mengaplikasikan segala macam pelajarannya ke dunia nyata, seingga mempermudah kami untuk mengerti tentang pelajarannya. Dia jarang memarahi kami kalau kami menjawab pertanyaan  yang diberikannya dengan salah. dia Dia malah mengajak kami untuk berdiskusi mengenai apa yang tidak kami mengerti dan lebih menjelaskan serta pengarahan yang lebih jelas lagi sampai kami mengerti. 

Walaupun dia bukan guru seni musik, tetapi karena dukungan dan motivasi yang diberikan olehnya, kelas saya jadi dapat menyanyikan Asmaul Husna dan sering tampil dibeberapa acara, baik didalam sekolah, maupun diluar sekolah. Dan dia juga lah yang menemukan bakat terendam yang dimiliki oleh teman saya. Teman saya ini, dari kelas 1 sampai kelas 4 sangat malas. Tidak pernah mengerjakan tugas dan setiap hari kerjanya hanya tidur. Guru-guru sebelumnya sudah capek untuk memarahi dan menasihatinya, dia tetap melakukan hal yang sama ketika jam pelajaran. Tetapi ketika masuk dikelas 5, Pak Salman menggali kemampuan anak tersebut yang ternyata dia sangat pintar Matematika. Anak tersebut terus-terusan dilatih dengan kesabaran dan bukan dengan kemarahan seperti yang diberikan oleh guru lain. Dan hasilnya, teman saya tersebut selalu mendapatkan juara I di setiap olimpiade yang diikutinya dan selalu didampingi oleh Pak Salman.

                Nah, terbukti bahwa siswa-siswa dapat meningkatkan kinerja mereka apabila guru juga memberikan pengarahan yang jelas, kesabaran menghadapi murid-muridnya serta perhatiannya terhadap mudi-murid. Saya lebih menyukai guru yang seperti itu daripada guru yang hanya bisa menghukum dan memarahi murid-muridnya apabila tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Karena hal itu dapat membuat suasana kelas menjadi tegang dan hanya ada rasa takut dari murid-murid. Anak jadi tidak konsentrasi untuk belajar dan yang ada hanya rasa takut terhadap guru. Saya rasa kebanyakan anak juga merasakan hal yang sama mengenai hal ini.       

                Dari cerita-cerita saya diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa orangtua dan guru sangatlah berpengaruh besar terhadap kemajuan, kinerja maupun kreativitas anak. Yang dibutuhkan anak adalah perhatian, kesabaran, serta bimbingan yang tepat dari orangtua maupun gurunya disekolah. Tanpa adanya hal itu, kemungkinan anak-anak menjadi takut untuk mengemukakan pendapatnya yang mana dapat mengurangi tingkat kreativitas anak tersebut.
               

Masyarakat

Saya mengutip gagasan yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis (1983), yang menyatakan bahwa salah satu persyaratan utama bagi berkembanganya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak dasar manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice). Dan yang mnerupakan suatu persyaratan beagi berkembangnya daya kreativitas bangsa ialah jaminan adanya kebebasan berkomunikasi.
Nah, didalam masyarakat, “kebebasan” lah yang menjadi hal paling penting untuk mengembangkan kreativitas. Saya sendiri pernah merasakannya. Saya pernah menjadi panitia dalam sebuah acara festival. Dalam setiap rapatnya kami diperbolehkan untuk mengemukakan pendapat serta pemikiran kami, yang mana nantinya semua akan dipertimbangkan yang mana yang paling baik untuk digunakan agar acara kami nantinya menjadi sukses. Tentu saja, dari semua pendapat panitia-panitianya, kami mendapatkan banyak ide-ide, yang kemudian dikembangkan lagi menjadi sekreatif mungki dan jadilah acara kami tersebut. Acara kami pun sukses besar.



Kesimpulan

Dari semua tulisan saya diatas, tentu saja orangtua, guru dan masyarakat sangatlah berperan penting terhadap pengembangan kreativitas kita. Semuanya saling mempengaruhi satu sama lain dan menurut saya, ketiganya sama kuatnya. Apabila orangtua tidak terlalu membantu dalam pengembangan kreativitas, maka guru dan masyarakat pun menjadi penyokong dan begitu juga seterusnya.

Selasa, 08 Oktober 2013

PERANAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK



Teori Persimpangan Kreativitas (Creativity Intersection)
                Pendidik terutama orang tua perlu memberikan perhatian serta menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana prasarana.  Selain perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrinsik pada anak.
                Keberhasilan kreatif adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skiils), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik, dapat juga dsebut motivasi batin (Amabile, 1989)

Karakteristik Keluarga yang Kreatif
1.       Penelitian Dacey
Penelitian Dacey (1989) membandingkan karakteristik keluarga yang anak remajanya sangat kreatif, dengan keluarga yang anak remajanya biasa aja. Hasil penelitian ini menunjukkan peran besar dari lingkungan keluarga :
a.       Faktor Genetis Versus lingkungan
Diketahui bahwa apabila ada salah seorang orangtua yang dinilai kreatif, maka anaknya juga memiliki kreativitas diatas rata-rata. Serta faktor lingkungan seperti cara asuh orangtua dan iklim keluarga mempengaruhi kreativitas anak.
b.      Aturan Perilaku
Orang tua dari remaja kreatif tidak banyak menentukan aturan perilaku di dalam keluarga.
c.       Tes Kreativitas sebagai Prediktor Prestasi Kreatif Remaja
Enam tes kreativitas yang dpersingkat diberikan kepada sampel remaja dalam studi ini. Walaupun ada beberapa yang menunjukkan korelasi yang bermakna, tetapi secara keseluruhan korelasinya rendah. Mungkin dikarenakan yang digunakan adalah tes kreativitas singkatan.
d.      Masa Kritis
Banyak remaja yang kreatif pernah mengalami masa kritis. Berdasarkan pernyataan dari subjek, dan juga berdasarkan penemuan baru tentang perkembangan kepribadian oleh penelitian lain (Gould, 1978;Levinson, 1978) keenam masa kehidupan, yaitu kelima tahun pertama pada saat hidup, masa remaja, masa dewasa muda, 29 sampai 31 tahun, awal empat puluhan, dan 60 sampai 65 tahun, merupakan kesempatan yang palin besar untuk timbulnya saat kritis tersebut.
e.      Humor
Bercanda, berolok-olok, dan memperdayakan sebagai lelucon, biasa terjadi pada keluarga kreatif. Ternyata ‘rasa humor’ mendapat peringkat jauh lebih tinggi.
f.        Ciri-Ciri Menonjol Lainnya
Anak memandang dirinya ‘berbeda’ dan mengatakan mempunyai pikiran ini pada usia dini (biasanya sebelum enam tahun).kebanyakan melihat ini sebagai aset, sebagai sesuatu yang positif. Remaja memilih ciri ‘sangat mampu melihat suatu hal dengan cara baru dan menemukan gagasan baru’sebagai ciri yang paling tepat menggambarkan mereka.
g.       Perumahan
Kebanyakan dari keluarga kreatif menempati rumah yang jauh berbeda dari rumah-rumah orang lain.
h.      Pengakuan dan Penguatan pada Usia Dini
Kebanyakan orangtua melihat dengan memperhatikan tanda-tanda seperti pola pikiran khusus atau kemampuan memecahkan masalah yang tinggi sebelum anak mencapai umur tiga tahun. Biasanya mereka memberikan banyak kesempatan (les, peralatan, kontak, situasi) yang mengembangkan ciri-ciri ini.
i.         Gaya Hidup Orang Tua
Kebanyakan orang tua dari keluarga kreatif dapat menceritakan salah satu aspek dari kehidupan mereka yang tidak biasa.
j.        Trauma
Anak kreatif lebih banyak mengalami trauma daripada anak biasa; peristiwa yang menyebabkan kesedihan, kemarahan, ata keduanya.
k.       Dampak dari Sekolah
Baik anak mapupun orangtua dalam studi ini semua sepakat bahwa hanya sedikit sekolah yang mempunyai dampak terhadap pengembangan kreativitas anak.

l.         Bekerja Keras
Subjek dalam studi ini setuju dengan Thomas Edison, bahwa kreativitas itu “one part inspiration and 99 parts perspiration”. Kreativitas itu hanya sedikit sekali merupakan hasil ilham, tetapi jauh lebih banyak merupakan hasil kerja keras.
m.    Dominasi Lateral
Beberapa teoretikus berpendapat bahwa kekidalan lebih banyak ditemukan pada pribadi-pribadi kreatif, karena merupakan petunjuk bahwa mereka lebih dikuasai olehbelahan otak kanan.
n.      Perbedaan Jenis Kelamin
Gender dari sampel remaja tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam nilai kreativitas.
o.      Penilaian Orang Tua Mengenai Kreativitas Anak
Dalam setiap keluarga, orangtua diminta menilai tingkat anak, yang mana penilaian ini dibandingkan dengan penilaian panel Boston College. Ternyata orangtua sangat setuju dengan penilaian amsing-masing serta penilaian panel.

2.       Hubungan antara Latar Belakang Keluarga dan Kinerja Anak
Tahun 1977 penulis melakukan studi di Jakarta dan menarik kesimpulan bahwa pada umumnya tampak bahwa makin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka makin baik prestasi anak.

3.       Studi tentang Keluarga Anak Berbakat di Indonesia
Studi ini menunjukkan bahwa orang tua anak berbakat mempunyai tingkat pendidikan, jabatan profesional, dan penghasilan yang lebih tinggi. Lebih banyak dari mereka yang mempunyai hobi membaca, walaupun secara umum kebiasaan membaca semua orang tua belum tinggi.

4.       Penelitian tentang Latar Belakang Keluarga Finalis LKIR/LPIR
Hasil studi ini menemukan bahwa sebagian besar finalis LKIR dan LPIR adalah laki-laki, anak pertama dan kedua, mempunyai orang tua berpendidikan dan berpenghasilan baik, menempuh pendidikannya di kota, berasal dari keluarga dengan iklim kehidupan yang baik, dan memiliki pengalaman.
Mengembangkan Kreativitas Anak di Rumah
Kasus mengenai Jason, anak berumur 12 tahun yang mendapatkan penghargaan dari yayasan untuk perhimpunan dramatik karena mengarang drama televisi Tender Places pada tahun 1985. Dari kasus ini nampak bahwa bahwa bagaimana cara pengasuhan ibu yang bersifat mengembangkan kreativitas anaknya. Ciri-ciri sikap orangtua yang memupuk kreativitas anak ialah, memberi lebih banyak kebebasan pada anak, menghormati keunikan anak.
Kasus kedua, menegai Rifai, anak berumur lima tahun tiga bulan. Kasus ini mengenai orangtua yang anak berbakatnya dalam keadaan yang kurang menguntungkan karena kondisi sosial-ekonomis orang tuanya. Karena kurang pemahaman orang tua seperti serign terjadi di Indonesia, mereka lebih mementingkan perkembangan skolastik dan daya ingat daripada imajinasi kreativitas anak.

                Orang Tua sebagai  Model
Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak : guru, anggota keluarga, teman orang tua, atau kakek-nenek. Tetapi model yang paling penting ialah orang yang kreatif yang memusatkan perhatian terhadap bidang minatnya, yang menunujukkan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja, semangat dan motivasi intrinsik.

                Orang Tua sebagai Pendukung Program Anak Berbakat
                                Perhatian orang tua terhadap kegiatan mengajar guru dan kerja sama antara guru dengan orang tua sangat menunjang keberhasilan program anak berbakat. Kelompok orang tua dapat membantu menyadarkan orang tua lain akan masalah dan kebutuhan anak berbakat dan kesempatan pendidikan yang dapat diberikan kepada mereka. Kelompok orang tua dapat membantu mengorganisasi kegiatan pengayaan bagi anak berbakat, seperti program akhir minggu atau program mentor.