Rabu, 13 November 2013

Fruit Pie

Sudah lama saya ingin membuat pie buah ini. Nah, kemudian saya ingat bahwa tugas "produk kreatif" mata kuliah Kreativitas saya dapat berupa masakan, maka saya pun mencoba untuk membuat Pie Buah ini.

A. Bahan 

 Bahan Kulit:
100 gram margarin
30 gram gula tepung
1/4 sendok teh garam
1 kuning telur
200 gram tepung terigu protein sedang
1 sendok makan air es

Bahan Vla:
300 ml susu cair
50 gram gula pasir
30 gram maizena dan 3 sendok makan air, dilarutkan
1 kuning telur, dikocok lepas
1 sendok makan margarin
1/8 sendok teh esens vanila

Bahan Toping:
1 kaleng buah koktail, tiriskan


B. Cara Membuat 

  1. Kulit : aduk margarin, gula tepung, garam, kuning telur, tepung terigu, dan air es sampai rata. Gumpalkan.
  2. Pipihkan di cetakan pie diameter atas 5 cm dan bawah 7,5 cm. Tusuk-tusuk dengan garpu.
  3. Oven 25 menit dengan suhu 170 derajat Celsius sampai matang.
  4. Vla: rebus susu cair dan gula pasir sampai mendidih. tambahkan larutan tepung maizena. Aduk sampai meletup-letup. Matikan api.
  5. Masukkan kuning telur. Aduk dengan cepat. Nyalakan api. Masak sampai meletup–letup. Tambahkan margarin dan esens vanila. Aduk rata. Angkat.
  6. Isi ke dalam pie. Dinginkan. Sendokkan buah koktail diatasnya. Kemudian siap untuk disajikan. 



Tidak terlalu sulit kok untuk membuat pie ini. Mungkin teman-teman dapat mencobanya sendiri dirumah. Selamat mencoba :)

 Nah, sekarang saya akan mengaitkan hasil performa saya ini dengan teori yang sudah saya pelajari di kelas Kreativitas. Mengenai "4P (Person, Press, Process, Product) :

1. Person
 Dalam pandangan person, kreativitas merupakan ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya., yang mana mencerminkan orisinilitas dari individu tersebut. Jika saya mengaitkan dengan diri saya sendiri, dan apa yang telah saya buat (Fruit Pie), tampak jelas bahwa manusia memiliki keunikan maisng-masing. Tidak ada orang yang akan membuat fruit pie dengan rasa yang persis sama ataupun bagaimana cara menghiasnya.

2. Press
Bakat Kreatif seseorang akan muncul apabila ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya ataupun dari dirinya sendiri. Dalam hal ini, faktor eksternal dan internal sangat mendorong saya untuk membuat fruit pie ini. Yang mana keinginan kuat dari dalam diri saya untuk membuat pie tersebut dan adanya kewajiban untuk mengerjakan tugas kreativitas yang telah diberikan oleh dosen pengampu.

3. Process
Untuk mengembangkan kreativitas, seseorang perlu diberikan krsempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Dimana tersedianya waktu dan peralatan serta bahan yang dibutuhkan. Dalam hal ini mama saya membantu saya untuk menyiapkan alat serta bahan. Mama saya juga memberikan saya kesempatan untuk melakukannya sendiri dan apabila saya mengalami kesulitan, maka mama saya juga bersedia untuk membantu.

4. Product
Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri ribadi kreatif, dan dengan dorongan eksternal ataupun internal untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk kreatif juga akan muncul dengan sendirinya. Dalam hal ini, tampak jelas bahwa saya sudah menghasilkan suatu "product" yaitu Fruit Pie yang saya buat sendiri.

Demikianlah penjelasan yang dapat saya berikan mengenai performa yang telah saya lakukan. Kalian juga dapat memberikan kritikan dan saran :) 

Thankyou



 

Pembelajaran dan Teknik Kreatif



Kurikulum Berdiferensiasi

            Kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan anak didik. Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual siswa. 

            Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan, ialah :
-      -    Materi yang dipercepat atau yang lebih maju
-      -    Kemandirian dalam berpikir dan belajar
-      -    Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang bastrak
-     -     Mencipta informasi dan/atau produk baru

Modifikasi Kurikulum

            Maker (1982) menekankan bahwa kurikulum anak berbakat memerlukan modifikasi dalam 4 bidang, yaitu materi (konten) yang dberikan, proses atatu metode pembelajaran, produk yang diharapkan dari siswa, dan lingkungan belajar.

Ilmu Pengetahuan untuk Siswa Berbakat
-           Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).  Sains dan Matematika sangat penting untuk dikembangkan secara terus-menerus. Jadi amat baik apabila dapat menemukenali dan memenuhi kebutuhan siswa berbakat dalam sains dan matematika, yang mana ini sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat dan individu.
-          Bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi dan merupakan dasar perkembangan intelegensi. Anak berbakat inteletual dapat ditemukenali dari perkembangan bahasa yang cepat, membaca pada usia dini, cepat mengingat kata-kata, dan pembendaharaan kata yang luas.
-          Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS memberikan banyak kesempatan pada siswa berbakat untuk menangani masalah dunia nyata. Yang mana, pembelajaran ini menekankan pada pembelajaran  untuk memberikan sumbangan orisinal terhadap masyarakat dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.




Model Belajar Mengajar Kreatif

Beberapa model belajar mengajar yang dapat memberikan sumbangan bermakna bagi pendidikan siswa berbakat, khususnya mengenai pengembangan kreativitas.

1.      Taksonomi Bloom tentang Sasaran Pendidikan Ranah Kognitif
Taksonomi Bllom banyak digunakan untuk pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat. Penerapannya di dalam kelas juga tidak membutuhkan banyak biaya atau perubahan material dan prosedur yang sekarang.

2.      Model Struktur Intelek dari Guildford
Model ini mampu melaskan dan mendalami sasaran-sasaran belajar berdasarkan gabungan dari 3 matra operasi, materi dan produk, guru kelas juga dapat memberikan materi pelajarannya dengan melatih proses-proses pemikiran yang beragam.

3.      Model Talenta Berganda dari Taylor
Pada model ini, terutama bidang kreatif-produktif dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

4.      Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif
Model ini mengajukan tiga tingkat, mulai dari yang relatif sederhana sampai dengan yang majemuk.

5.      Model Enrichment Triad dari Renzulli
Model ini dapat digunakan untuk program pengayaan anak berbakat; mencakup banyak kesempatan mengembangkan keterampilan, memberikan guru suatu cara untuk menangani kecepatan dan ke dalam belajar serta minat yang beragam dari anak berbakat.

6.      Model Williams tentang Perilaku Kognitif-Afektif di dalam Kelas
Model ini mengingatkan kita bahwa tuntuta dari perilaku kreatif tidak hanya berpikir kreatif, tetapi juga cri-ciri afektif dari kreativitas.
7.      Taksonomi Sasaran Pendidikan Afektif dari Krathwohl
Model ini menekankan pada pentingnya mengembangkan sistem nilai pada semua siswa dan khususnya siswa berbakat, yang mendasari perilaku mereka secara konsisten.

8.      Model Pendidikan Integratif dari Clark
Model ini mengajukan konsep yang terpadu tentang kreativitas, yang memerlukan perpaduan antara fungsi berpikir, perasaan, penginderaan, dan firasat  (intuisi).



Teknik dan Pemecahan Masalah secara Kreatif

            Teknik-teknik kreatif yan akan dibahas, dikelompokkan sesuai dengan tiga tingkatan model belajar kreatif menurut Treffinger.

1.      Teknik Tingkat I
Teknik ini untuk merangsang berpikir divergen, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan keterbukaan terhadap gagasan baru serta kepekaan terhadap masalah.

Teknik sumbang saran mempersyaratkan empat aturan dasar yaitu kebebasan dalam memberikan gagasan, tidak boleh memberi kritik pada tahap pencetusan gagasan, penekanan pada kuantitas dan kombinasi pengembangan gagasan. Teknik daftar periksa memberikan sejumlah kata kerja manipulatif untuk memudahkan pemberian gagasan yaitu modifikasi , penyesuaian dan menggabung.


2.      Teknik Tngkat II

.                 Teknik ini melatih proses-proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik synectics, yaitu melatih untuk berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah, diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung, dan analogi pribadi. Serta teknik futuristics, yaitu membantu mengantisipasi dan menciptakan masa depan. Keterampilan khususyang dapat digunakan dalam futuristic adalah menulis scenario ,  serta menggambar roda masa depan . 

3.      Teknik Tingkat III
Teknik ini menghadapkan siswa pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama adalah Pemecahan masalah secara kreatif (pmk)yang meliputi 5 tahap yaitu :  didahuli oleh pemikiran dan perasaan kacau ketika masalah masih samar, yang kemudian diikuti oleh tahap penemuan fakt, penemuan masalah, penemuan gagasan ,penemuan solusi dan penemuan penerimaan .


Selasa, 22 Oktober 2013

KONSEP PERFORMA KREATIVITAS KELOMPOK 4

 Devy Rosyana Putri (12-037)
Natassa Febrini (12-080) 
Try May Syarah (12-083)
Mawaddah Rahmah (12-095) 



Kami dari kelompok 4 pada performa kreativitas akan mempresentasikan video berupa proses pembuatan kue. Kelompok kami membuat nama 'khusus' untuk kue ini,yaitu "creativity chocolate cake".Nah kenapa kami menyebut konsep ini sebagai performa kreatif? karena menurut kelompok kami , membuat kue bukanlah proses yang mudah seperti yang kita bayangkan , diperlukan keterampilan dan ketekunan untuk menghasilkan kue yang 'sesuai', ditambah lagi pada saat proses menghias kue , dibutuhkan ide-ide kreatif untuk  menghasilkan penampilan kue yang terlihat menarik
Disini terlebih dahulu kami akan menjelaskan bagaimana proses 'kreatif' ini berlangsung . Pertama sekali kami akan membeli bahan yang akan dibutuhkan untuk proses pembuatan kue (dan akan kami dokumentasikan!) , lalu kami akan pergi ke salah satu rumah dari anggota kelompok kami, kemudian disanalah kami akan bekerja keras untuk menghasilkan "creativity chocolate cake" tersebut, yang mana prosesnya meliputi memanggang dan menghias kue.


Sekian pemaparan singkat mengenai konsep performa kreativitas kami . SEE YOU &  WAIT FOR OUR NEXT VIDEO , GUYS :) 


Ditinjau dari teori 4p:

1.       Person :
Berdasarkan aspek ini, kreativitas merupakan ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif inilah yang mencerminkan originalitas dari masing-masing individu.
Menurut Hulbeck (1945) tindakan kreatif muncul  dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri – ciri dorongan untuk berpartisipasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam mengahadapi rintangan , serta pengambilan risiko yang moderat .
Berdasarkan definisi pribadi adalah berasal dari diri kami sendiri, yang mana kami berusaha keras untuk membuat tugas karya kreatif yang diberikan oleh Dosen Pengampu , dengan menggunakan seluruh kemampuan berpikir kreatif sehingga menghasilkan karya yang kreatif dan terbaik. 
2.       Process :
Aspek ini menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan kreativitas jika diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif dan diberikan waktu untuk bersibuk diri secara kreatif.
Definisi mengenai proses yang terkenal adalah definisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Menurut saya, definisi proses itu sendiri mengacu pada bagaimana kita berproses dalam  mempersiapkan diri dalam pemecahan masalah dengan belajar berpikir. Dalam pengembangan kreativitas  seseorang perlu diberikan kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif  serta diberikan kebebasan dalam mengekspresikan diri sendiri.
Dari definisi proses adalah dimulai dari proses kami dalam berpikir untuk menciptakan suatu karya yang kreatif dan inovatif, dilanjutkan dengan proses pembuatan karya yang kreatif dengan menggunakan seluruh kemampuan yang kami miliki dan pada akhirnya akan menghasilkan suatu karya yang kreatif
3.       Press :
Jika dikaitkan dengan aspek ini -di mana pada aspek ini menyatakan bahwa seseorang akan menghasilkan suatu produk kreativitas karena adanya dorongan yang berasal dari diri (motivasi intrinsik) dan dorongan yang berasal dari luar, seperti lingkungan, keluarga, sekolah, dll
Bakat kreatif seseorang akan terwujud dalam lingkungan yang mendukung , tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang . Jadi menurut pendapat saya pribadi, definisi press ini sendiri mengacu pada dorongan yang ada dalam diri individu (motivasi intrinsik), maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik), yang mana dorongan tersebut sangat membantu dalam perkembangan kreativitas.
Pendorong yang paling utama adalah dari diri kami sendiri (internal) yang mempunyai usaha dan kerja keras dalam menghasilkan suatu karya kreatif. Sedangkan pendorong lainnya berasal dari luar seperti halnya keluarga kami, yang mendukung untuk menghasilkan produk yang kreatif,selain itu juga adanya pendorong dari luar berupa nilai yang diberikan Dosen Pengampu,sehingga dengan adanya pendorong tersebut kami terus berusaha keras untuk menghasilkan karya yang terbaik .
4.       Produk :
Dan aspek yang terakhir ini adalah aspek yang menyatakan bahwa kondisi anak yang memungkinkan untuk menghasilkan produk yang kreatif adalah kondisi dimana adanya dukungan yang berasal dari luar dan juga diperlukan adanya motivasi yang berasal dari individu tersebut.
Menurut Haefele (1962), kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang mempunyai makna sosial . sedangkan menurut definisi Barron kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Rogers (dalam Vernon 1982), kriteria dari produk kreatif adalah; produk itu harus nyata,baru dan merupakan hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingungannya. Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi  lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong(press)  seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kegiatan kreatif.
Produk yang kami hasilkan adalah karya kreatif berupa video mengenai proses pembuatan “chocolate cake”

Senin, 21 Oktober 2013

Analisis Diri berdasarkan Peranan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat



Keluaga
                Dari buku yang saya baca, yaitu buku “Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat” yang ditulis oleh Prof. Dr. Utami Munandar, disebutkan ada beberapa penelitian mengenai sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak, yaitu :

  •   Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya

  •    Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal
  •    Membiarkan anak untuk mengambil keputusan sendiri
  •     Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal
  •     Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan

  •    Menunjang dan mendorong kegiatan anak
  •   Menikmati keberadaannya bersama anak

  •   Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak

  •   Mendorong kemandirian anak dalam bekerja, dan

  •   Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak


Nah, orang tua saya mempunya sifat-sifat ini, yang mana itu dimaksudkan mereka untuk megembangkan kreativitas saya. Mama saya sering mengajak saya untuk membantunya memasak kue. Saya diperbolehkan untuk membentuk dan menghias kue sesuka hati saya. Walaupun hasilnya tidak begitu bagus, mama saya tetap menyajikan kue yang saya hias itu untuk dimakan, dan mama saya tidak pernah bilang bahwa hasil kue yang saya buat itu jelek. Mama saya biasanya mengatakan, “udah bagus kok” dan memberikan pujian-pujian lainnya tetapi tetap memberikan pengarahan ataupun pengetahuan lain agar di pembuatan kue berikutnya menjadi lebih baik lagi. Saya pun menjadi senang untuk membantu mama saya membuat makanan dan bukan hanya kue. Mama saya melatih saya terus-menerus agar saya terbiasa dan agar saya dapat membuat makanan yang saya buat sendiri nantinya.

Dalam proses membuat masakan tersebut, saya suka bertanya dan ingin tahu, dulu saya tidak dapat membedakan sayur-sayuran. Saya pernah disuruh untuk membeli sayur kangkung dan akhirnya yang saya beli adalah daun ubi. Hahaha semenjak itu mama saya terus-terusan juga menyuruh saya ke pasar, agar terbiasa. Hasilnya, sekarang saya sudah dapat membedakan sayur-sayuran dengan benar.

Dari beberapa penelitian juga mengatakan bahwa kinerja anak dapat bertambah apabila orang tua dapat menyediakan fasilitas tertentu, seperti buku bacaan. Nah, pada bagian ini, papa saya lah yang sangat berperan. Papa saya sering membelikan saya buku bacaan. Papa saya pernah memberikan 1 set ensiklopedia untuk anak-anak ketika saya berulang tahun yang ke-10. Dan dari ensikolopedia itu saya menjadi mendapat banyak sekali pengetahuan yang belum saya ketahui sebelumnya. 

Bukan berarti mama saya tidak berperan dalam hal ini. Mama saya sering juga memberikan buku-buku bacaan. Tetapi lebih ke buku-buku mengenai cara menjahit, mengolah suatu barang menjadi bentuk yang unik dan tentunya buku mengenai resep masakan. Dari buku-buku tersebut juga saya dapat menjahit, walupun hanya baru mencoba satu tehnik, tetapi itu membantu saya ketika saya ingin menjahit baju saya yang terlepas jahitannya.

Orang tua sangat memberikan perhatian terhadap kemajuan kinerja dan kreativitas saya. Yang mana, menurut saya perhatian yang diberikan orang tua sangat berperan penting terhadap kemajuan saya. Mereka selalu sabar menghadapi saya, memberikan kebebasan tetapi tetap didalam pengawasan mereka dan selalu mendengarkan pendapat saya serta mau berdiskusi dengan saya mengenai apakah keputusan yang saya ambil benar atau salah. Mereka tidak pernah memaksa saya untuk melakukan sesuatu. Contohnya seperti ketika saya akan masuk ke perguruan tinggi. Awalnya orang tua saya menyuruh saya untuk mengambil jurusan Akuntansi. Tetapi saya mendapat informasi bahwa akuntansi itu berat, banyak hitung-hitungannya. Jadi saya mengatakan bahwa saya tidak mau masuk jurusan akuntansi karena alasan-alasan tertentu dan ingin mengambilan jurusan Psikologi. Karena saya sudah memberi penjelasan tersebut, mama dan papa saya pun mengerti dan akhirnya memperbolehkan saya untuk mengmbil jurusan Psikologi (yang ternyata sangat berat juga L) tetapi saya tidak menyesal masuk Psikologi, apalagi dengan adanya dukungan dari orangtua saya dan selalu memberikan perhatian  kepada saya.


Sekolah

                Sekolah juga berperan penting terhadap kemajuan kinerja dan kreativitas anak disekolah. Menurut saya guru yang baik itu ialah guru yang mau menerima pendapat dari siswa-siswanya, ramah tetapi tegas jika memang diperlukan dan tidak terlalu serius dalam menerangkan tetapi dapat dimengerti oleh siswa-siswanya.

                Dulu waktu saya masih kelas 5 SD, wali kelas saya memiliki ciri-ciri guru yang saya sebutkan diatas. Namanya adalah Pak Salman. Banyak siswa yang menyukainya. Dia memiliki rasa humor dana dapat mengaplikasikan segala macam pelajarannya ke dunia nyata, seingga mempermudah kami untuk mengerti tentang pelajarannya. Dia jarang memarahi kami kalau kami menjawab pertanyaan  yang diberikannya dengan salah. dia Dia malah mengajak kami untuk berdiskusi mengenai apa yang tidak kami mengerti dan lebih menjelaskan serta pengarahan yang lebih jelas lagi sampai kami mengerti. 

Walaupun dia bukan guru seni musik, tetapi karena dukungan dan motivasi yang diberikan olehnya, kelas saya jadi dapat menyanyikan Asmaul Husna dan sering tampil dibeberapa acara, baik didalam sekolah, maupun diluar sekolah. Dan dia juga lah yang menemukan bakat terendam yang dimiliki oleh teman saya. Teman saya ini, dari kelas 1 sampai kelas 4 sangat malas. Tidak pernah mengerjakan tugas dan setiap hari kerjanya hanya tidur. Guru-guru sebelumnya sudah capek untuk memarahi dan menasihatinya, dia tetap melakukan hal yang sama ketika jam pelajaran. Tetapi ketika masuk dikelas 5, Pak Salman menggali kemampuan anak tersebut yang ternyata dia sangat pintar Matematika. Anak tersebut terus-terusan dilatih dengan kesabaran dan bukan dengan kemarahan seperti yang diberikan oleh guru lain. Dan hasilnya, teman saya tersebut selalu mendapatkan juara I di setiap olimpiade yang diikutinya dan selalu didampingi oleh Pak Salman.

                Nah, terbukti bahwa siswa-siswa dapat meningkatkan kinerja mereka apabila guru juga memberikan pengarahan yang jelas, kesabaran menghadapi murid-muridnya serta perhatiannya terhadap mudi-murid. Saya lebih menyukai guru yang seperti itu daripada guru yang hanya bisa menghukum dan memarahi murid-muridnya apabila tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Karena hal itu dapat membuat suasana kelas menjadi tegang dan hanya ada rasa takut dari murid-murid. Anak jadi tidak konsentrasi untuk belajar dan yang ada hanya rasa takut terhadap guru. Saya rasa kebanyakan anak juga merasakan hal yang sama mengenai hal ini.       

                Dari cerita-cerita saya diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa orangtua dan guru sangatlah berpengaruh besar terhadap kemajuan, kinerja maupun kreativitas anak. Yang dibutuhkan anak adalah perhatian, kesabaran, serta bimbingan yang tepat dari orangtua maupun gurunya disekolah. Tanpa adanya hal itu, kemungkinan anak-anak menjadi takut untuk mengemukakan pendapatnya yang mana dapat mengurangi tingkat kreativitas anak tersebut.
               

Masyarakat

Saya mengutip gagasan yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis (1983), yang menyatakan bahwa salah satu persyaratan utama bagi berkembanganya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak dasar manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice). Dan yang mnerupakan suatu persyaratan beagi berkembangnya daya kreativitas bangsa ialah jaminan adanya kebebasan berkomunikasi.
Nah, didalam masyarakat, “kebebasan” lah yang menjadi hal paling penting untuk mengembangkan kreativitas. Saya sendiri pernah merasakannya. Saya pernah menjadi panitia dalam sebuah acara festival. Dalam setiap rapatnya kami diperbolehkan untuk mengemukakan pendapat serta pemikiran kami, yang mana nantinya semua akan dipertimbangkan yang mana yang paling baik untuk digunakan agar acara kami nantinya menjadi sukses. Tentu saja, dari semua pendapat panitia-panitianya, kami mendapatkan banyak ide-ide, yang kemudian dikembangkan lagi menjadi sekreatif mungki dan jadilah acara kami tersebut. Acara kami pun sukses besar.



Kesimpulan

Dari semua tulisan saya diatas, tentu saja orangtua, guru dan masyarakat sangatlah berperan penting terhadap pengembangan kreativitas kita. Semuanya saling mempengaruhi satu sama lain dan menurut saya, ketiganya sama kuatnya. Apabila orangtua tidak terlalu membantu dalam pengembangan kreativitas, maka guru dan masyarakat pun menjadi penyokong dan begitu juga seterusnya.